Bandung Siap Jadi Pionir Teknologi Energi Baru dan Ekosistem Mobil Listrik

Bandung Siap Jadi Pionir Teknologi Energi Baru dan Ekosistem Mobil Listrik

Bandung Siap Jadi Pionir Pengembangan Teknologi Energi Baru dan Ekosistem Mobil Listrik

Kota Bandung telah menunjukkan komitmen kuat untuk menjadi kota pelopor dalam pengembangan teknologi energi baru dan ekosistem mobil listrik di Indonesia. Dalam upaya ini, pemerintah setempat menggandeng sejumlah perusahaan teknologi dari berbagai negara yang siap berinvestasi di wilayah tersebut.

Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Starcharge, sebuah perusahaan baterai; Farmsent, yang fokus pada blockchain pertanian, aset dunia nyata, dan credit karbon; Yogo, yang bergerak di bidang robotik; China Oriental Capital Group; PT. Nusantara Bumi Sangkar; dan Ekta Duo. Seluruhnya telah menyatakan kesiapan mereka untuk membangun infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) serta jaringan energi mandiri yang berbasis tenaga surya.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menjelaskan bahwa pembangunan ekosistem mobil listrik harus dimulai dari sekarang. Ia menekankan pentingnya kehadiran SPKLU sebagai salah satu elemen utama dalam mendukung penggunaan mobil listrik. "Dealership sudah mulai datang, maka infrastruktur seperti SPKLU harus disiapkan," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga akan menyiapkan sistem energi mandiri melalui microgrid berbasis tenaga surya. Menurut Farhan, era teknologi bersih dan mobil listrik tidak bisa ditunda lagi. Oleh karena itu, Bandung siap menjadi kota pelopor dalam pengembangan teknologi tersebut.

Farhan menambahkan bahwa pembayaran digital dan konektivitas Internet of Things (IoT) memiliki peran penting dalam mendukung inisiatif ini. Salah satu rencana besar yang sedang dijalankan adalah pengoperasian angkot cerdas berbasis listrik. "Jika semua sistemnya terintegrasi di mobil, pengemudi tidak akan terganggu dengan alasan klasik seperti kehabisan baterai atau kuota. Semuanya terhubung lewat IoT," katanya.

Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan perubahan pola pikir masyarakat. Farhan menekankan pentingnya meninggalkan cara lama dan beralih ke pola pikir masa depan. Selain infrastruktur fisik, pembayaran juga harus terintegrasi. "Ketika isi daya mobil, pembayaran harus mudah dan digital. Sistem pembayaran elektronik menjadi bagian penting dari ekosistem ini," ujarnya.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah regulasi. Banyak investor asing kesulitan memahami peraturan daerah dan undang-undang nasional. Untuk itu, diperlukan lembaga seperti IRWATA (Indonesia Real World Assets Technology Association) yang dapat menjadi jembatan dan menjelaskan secara lengkap.

Ketua IRWATA, Muhammad Sabdo Yusmintiarto, menjelaskan bahwa Kota Bandung akan menjadi kota pertama di Indonesia yang mengembangkan teknologi tokenisasi aset nyata atau RWA (Real World Assets). "Lewat RWA, kami ingin Kota Bandung menjadi pelopor yang memulai sistem keuangan masa depan. Kita ingin dari Bandung, sistem ini menyebar ke seluruh Indonesia," ujarnya.

RWA adalah aset fisik dunia nyata seperti properti atau energi yang diubah menjadi aset digital di blockchain. Teknologi ini diyakini akan menarik investasi besar karena seluruh pembiayaannya murni dari swasta tanpa utang. Target investasi untuk tahun ini mencapai USD 500 juta atau sekitar Rp2 triliun.

Investasi tahap awal akan difokuskan pada pembangunan charging station di berbagai titik yang ditentukan oleh Pemkot Bandung. Keputusan ini diambil karena mitra yang dipilih adalah penyedia infrastruktur kendaraan listrik terbaik di dunia. "Kami tidak menentukan lokasinya. Kami dengarkan kebutuhan Kota Bandung, tunjukkan saja titik-titiknya, nanti kami bangun," ujarnya.

Komentar