Mengapa Sel Telur Bisa Segar Sampai Usia 50 Tahun?

Featured Image

Penemuan Mengenai Kemampuan Sel Telur Manusia Bertahan Selama Puluhan Tahun

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Centre for Genomic Regulation (CRG) di Barcelona menemukan bahwa sel telur manusia mampu bertahan hingga puluhan tahun berkat strategi penghematan energi dalam sistem pembuangan limbah seluler. Temuan ini dipublikasikan pada 16 Juli di The EMBO Journal dan menawarkan wawasan baru tentang bagaimana sel telur dapat tetap segar selama jangka waktu yang sangat lama.

Dalam studi tersebut, para peneliti mengamati bahwa sel telur sengaja memperlambat aktivitas sistem pembuangan limbah internal seperti lisosom dan proteasom selama proses pematangan. Strategi ini diyakini sebagai hasil evolusi untuk menjaga metabolisme tetap rendah dan meminimalkan kerusakan sel. Dengan demikian, sel telur bisa bertahan tanpa rusak selama bertahun-tahun sebelum digunakan saat kehamilan.

Dr. Elvan Böke, penulis koresponden studi dan pemimpin grup riset di CRG, menyatakan bahwa dengan meneliti lebih dari seratus sel telur yang baru didonorkan, mereka menemukan cara minimalis untuk membantu sel tetap bersih selama bertahun-tahun. Hal ini menjadi penting karena sejak lahir, perempuan memiliki sekitar satu hingga dua juta sel telur yang belum matang, namun jumlah ini terus berkurang hingga hanya beberapa ratus menjelang menopause atau ujung siklus menstruasi.

Mekanisme Penghematan Energi dalam Sistem Pembuangan Limbah Seluler

Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa energi dari setiap daur ulang protein lisosom dan proteasom dapat menghasilkan reactive oxygen species (ROS)—molekul berbahaya yang dapat merusak DNA dan membran. Meskipun tidak mengukur ROS secara langsung, para peneliti menduga bahwa sel telur memperlambat proses daur ulang guna meminimalkan ROS, namun tetap menjalankan fungsi ‘housekeeping’ yang cukup untuk bertahan hidup.

Penemuan ini memperkuat studi dari tim yang sama pada 2022, yang menunjukkan bahwa oosit—sel telur yang belum matang—manusia sengaja melewati reaksi metabolik penting untuk menekan produksi ROS. Kedua temuan ini menunjukkan bahwa sel telur memiliki berbagai cara untuk menurunkan daya demi menjaga diri dari kerusakan dalam jangka panjang.

Teknik Pencitraan dan Observasi Langsung

Dalam studi ini, peneliti mengumpulkan lebih dari 100 sel telur dari 21 donor sehat berusia 19–34 tahun di klinik fertilitas Dexeus Mujer di Barcelona. Sebanyak 70 sel telur telah matang dan siap dibuahi, sementara 30 lainnya masih dalam tahap oosit belum matang. Dengan teknik pencitraan menggunakan pewarna fluoresen, para ilmuwan melacak aktivitas lisosom, proteasom, dan mitokondria dalam sel hidup. Ketiga indikator tersebut ditemukan sekitar 50 persen lebih rendah dibandingkan sel pendukung di sekitarnya, dan semakin menurun seiring kematangan sel telur.

Observasi langsung juga menunjukkan bahwa menjelang ovulasi, sel telur membuang lisosom ke cairan sekitarnya, sementara mitokondria dan proteasom bergerak ke tepi luar sel. “Ini semacam pembersihan besar-besaran yang sebelumnya tidak kami ketahui bisa dilakukan oleh sel telur manusia,” ujar Dr. Gabriele Zaffagnini, penulis utama studi.

Potensi Terhadap Perbaikan Fertilisasi In-Vitro (IVF)

Berbeda dengan studi sebelumnya yang umumnya menggunakan sel telur matang buatan di laboratorium, riset ini menjadi studi berskala terbesar terhadap sel telur manusia sehat yang dikumpulkan langsung dari tubuh perempuan. Oosit matang buatan cenderung berperilaku abnormal dan terkait dengan rendahnya keberhasilan fertilisasi in-vitro (IVF).

Penelitian ini berpotensi membuka jalan bagi strategi baru untuk meningkatkan angka keberhasilan IVF, yang mencapai jutaan siklus tiap tahun secara global. Dr. Böke menegaskan bahwa pasien fertilitas secara rutin disarankan untuk mengonsumsi berbagai suplemen guna meningkatkan metabolisme sel telur, tapi bukti tentang manfaatnya terhadap keberhasilan kehamilan masih lemah.

Studi Lanjutan dan Keberlanjutan

Sel telur yang baru didonorkan, kata Böke, membuktikan bahwa pendekatan yang berbeda dari selama ini, yaitu mempertahankan metabolisme alami sel telur yang tenang, mungkin merupakan cara baik untuk menjaga kualitasnya. Tim peneliti dari CRG masih berencana meneliti sel telur dari donor yang lebih tua dan dari siklus IVF yang gagal. Mereka ingin memeriksa ketahanan sistem pembuangan limbah dalam sel seiring bertambahnya usia.

Komentar