Pameran Nerikomi: Keramik Warna Cerah yang Memikat Mata

Featured Image

Eksplorasi Teknik Nerikomi dalam Karya Keramik Sasanti Puri Ardini

Sasanti Puri Ardini, seorang seniman keramik, melakukan eksplorasi teknik pembuatan benda seni keramik dengan metode nerikomi. Dalam pameran tunggalnya yang bertajuk "Nerikomi Memetika", yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Jalan Anggrek, Kota Bandung, dari 20 Juni hingga 13 Juli 2025, Puri menampilkan karya-karya yang menggabungkan bentuk-bentuk umum seperti wadah silinder, vas bunga, dan piring. Teknik ini memungkinkan penggunaan dua atau lebih pilinan tanah liat yang dicampur, diberi warna berbeda, dan digabungkan untuk menciptakan elemen dekoratif.

Teknik nerikomi sering menggunakan desain berwarna dengan pola melingkar, marmer, geometris, mosaik, atau naturalistik. Pewarnaan tanah liat biasanya dilakukan menggunakan oksida atau pewarna stain berupa serbuk warna khusus. Tingkat kematangan dalam pembakaran serta jenis material lempung sangat memengaruhi hasil akhir, termasuk kecerahan warna yang diinginkan.

Kurator Rifky Effendy menjelaskan bahwa nerikomi, juga dikenal sebagai neriage, adalah metode dekorasi keramik yang populer di Jepang. Teknik ini menjadi terkenal pada tahun 1978-1995 karena iklan kopi yang menggunakan cangkir nerikomi dengan istilah neriage.

Menurut Nurdian Ichsan, seniman dan akademisi keramik, tanah liat merupakan bahan dasar yang sudah digunakan manusia sejak zaman pra-modern. Material ini memiliki sifat yang sensual, hangat, lembut, dan licin ketika lembek. Oleh karena itu, tanah liat menjadi bahan yang eksperimental dan hanya bisa dipahami melalui pengalaman langsung.

Rifky menyebutkan bahwa Puri mengeksplorasi sifat-sifat tanah liat, terutama kelenturan dan keluwesan. Dengan menggunakan teknik nerikomi dan warna-warna cerah, Puri membutuhkan kecermatan dalam setiap tahapan proses pembuatannya.

Karakteristik Karya Puri dalam Pameran

Karya-karya Puri dalam pameran ini memiliki karakter nerikomi dengan warna-warna yang cerah dan menarik. Terlebih pada karya yang membentuk lipatan dan juntaian seperti material kain yang menempel dan melingkari bentuk benda-benda tersebut. Perkembangan Puri kemudian berfokus pada formasi elemen juntaian atau lipatan-lipatan yang ditempel di dinding.

Perubahan ini, menurut Rifky, mungkin untuk membebaskan diri dari ikatan benda-benda tersebut. Apakah Puri sedang membebaskan diri dari 'kriya' yang melekat dengan praktek keramiknya selama ini? Perubahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Puri, karena selain membutuhkan kemampuan teknis khusus, eksplorasi nerikomi juga membutuhkan kemampuan mengembangkan gagasan yang sesuai dengan nilai-nilai seni rupa kontemporer.

Analogi Tanah Liat dengan Kain

Puri menggambarkan tanah liat yang dia olah seperti lembaran kain yang mengalir. Menurutnya, tanah liat memiliki sifat fleksibel, lentur, dan mudah dibentuk. Sifat ini yang ia analogikan seperti kain, yang fleksibel dan fleksibel walau dengan beberapa batasan. Bentuk-bentuk kain dari tanah liat ada yang dibiarkan menjuntai bebas, dan sebagian lainnya menyelaraskan diri dengan bentuk-bentuk wadah datar dan bervolume.

"Kain tanah liat saya ibaratkan seperti diri kita yang fleksibel, adaptif, dan dinamis," ujar Puri. "Sementara itu, benda-benda lain yang jadi penyangganya mewakili lingkungan dan situasi yang membentuk kita."

Komentar