Pertempuran El Alamein: Pertarungan Taktik Sekutu dan Poros di Gurun Afrika

Featured Image

Peran Penting Pertempuran El Alamein dalam Perang Dunia II

Pertempuran El Alamein menjadi salah satu momen penting dalam sejarah Perang Dunia II. Konflik ini melibatkan pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris serta Blok Poros yang diwakili oleh Jerman dan Italia. Pertempuran ini terjadi di wilayah gurun Mesir Barat, sebuah lokasi strategis yang memiliki peran penting dalam pengendalian jalur logistik utama.

Pertempuran El Alamein terbagi menjadi dua fase utama, yaitu pada 1–27 Juli 1942 dan 23 Oktober–11 November 1942. Meskipun pertempuran ini berfokus pada kemenangan militer, hal tersebut juga menjadi titik balik strategis yang membantu menjaga rute logistik utama Sekutu, khususnya di Terusan Suez dan wilayah Afrika Utara.

Situasi Strategis di Afrika Utara pada Tahun 1940–1942

Sejak tahun 1940, Afrika Utara menjadi medan tempur yang sangat penting bagi Inggris dan Italia. Saat itu, Italia telah menguasai wilayah Libya, sementara Inggris menguasai Mesir. Pada tahun yang sama, Italia meluncurkan serangan ke Mesir yang dikuasai oleh Inggris. Namun, serangan tersebut gagal dan akhirnya wilayah Italia diambil alih oleh pasukan Inggris.

Kemudian, Jerman memutuskan untuk memberikan bantuan militer dengan membentuk Afrika Korps di bawah komando Jenderal Erwin Rommel, yang dikenal sebagai Rubah Gurun. Dengan bantuan Rommel, Italia dan Blok Poros berhasil merebut kembali Tobruk (Libya) serta menembus hingga ke Gazala (Mesir) pada pertengahan 1942. Tujuan utama dari serangan ini adalah untuk merebut Terusan Suez, jalur logistik vital menuju Timur Tengah.

Namun, Sekutu bertahan di kota kecil bernama El Alamein. Kota ini berada di titik sempit antara Laut Mediterania dan Qattara, sehingga sulit dilewati oleh tank Jerman. Medan ini membuat El Alamein menjadi benteng alami yang sulit ditembus.

Pertempuran El Alamein Pertama

Setelah rangkaian keberhasilan pada Mei–Juni 1942, Blok Poros melanjutkan serangan ke El Alamein. Pertempuran pertama dimulai pada 1 Juli 1942. Pasukan Poros yang dipimpin oleh Rommel terdiri dari aliansi antara Italia dan Jerman. Sementara itu, pihak Sekutu dipimpin oleh Inggris yang terdiri dari aliansi tentara India, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan, yang dipimpin oleh Jenderal Claude Auchinleck.

Hasilnya, pertahanan Sekutu terbukti kuat dan berhasil menghentikan laju pasukan Poros. Setelah beberapa minggu pertempuran sengit, kedua belah pihak mengalami kerugian besar tanpa hasil yang menentukan. Namun, pertempuran ini memberikan waktu bagi Sekutu untuk mendatangkan pasukan tambahan serta menyusun strategi jangka panjang. Pertempuran El Alamein Pertama resmi berakhir pada 27 Juli 1942.

Penunjukan Bernard Montgomery

Pada Agustus 1942, Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris, mengganti Jenderal Claude Auchinleck dari posisi pimpinan perang. Ia menunjuk Letnan Jenderal Bernard Montgomery sebagai pemimpin British Eighth Army di El Alamein. Ini menjadi keputusan penting bagi Inggris dan Sekutu dalam Pertempuran El Alamein.

Montgomery dikenal sebagai sosok yang disiplin dan sistematis. Ia menolak melancarkan serangan tergesa-gesa demi balas dendam. Sebaliknya, ia fokus meningkatkan mental pasukan, memperkuat logistik, memperluas ladang ranjau, serta mempersiapkan operasi militer besar untuk mengusir pasukan Poros sepenuhnya dari Mesir.

Pertempuran El Alamein Kedua

Pada 23 Oktober 1942, Bernard Montgomery meluncurkan Operation Lightfoot yang mengawali Pertempuran El Alamein Kedua. Serangan ini merupakan serangan frontal besar-besaran yang diawali dengan pemboman artileri selama 5 jam. Tujuan awalnya adalah membuka jalur aman di ladang ranjau bagi tank Sekutu untuk terus menyerang.

Rommel yang terkenal dengan taktik defensifnya mulai kehilangan momentum atas serangan Montgomery. Ia kesulitan melawan keunggulan logistik dan jumlah pasukan Sekutu. Di sisi lain, Blok Poros juga kewalahan karena pasokan amunisi dan bahan bakar yang menipis akibat gangguan dari armada laut Sekutu.

Setelah 3 minggu berjalan, Rommel memerintahkan pasukan Poros untuk mundur hingga ke Tunisia. Dengan demikian, Pertempuran El Alamein Kedua berakhir. Perang tersebut usai pada 11 November 1942. Faktanya, kemenangan di El Alamein menjadi kemenangan besar pertama Sekutu atas Jerman dalam perang darat.

Kemenangan di El Alamein menjadi titik balik Sekutu di Afrika Utara. Terusan Suez berhasil dipertahankan dan moral pasukan Sekutu meningkat drastis setelah sejumlah kekalahan sebelumnya. Lebih lanjut, kemenangan ini juga membuka jalan bagi Operasi Torch di Afrika Barat (1942) dan pengepungan pasukan Poros di Tunisia (1943).

Komentar