
Sejarah dan Kejayaan Kota-Kota Kuno di Suriah
Suriah memiliki sejarah panjang yang terbentang dari masa kuno hingga modern. Awalnya, wilayah ini merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman dan kemudian diambil alih oleh Prancis setelah Perang Dunia I. Pada akhirnya, Suriah mencapai kemerdekaannya pada tahun 1946 setelah perlawanan kuat dari masyarakat lokal.
Selain sejarah modernnya, Suriah juga memiliki warisan sejarah yang sangat kaya. Kota-kota megah yang pernah menjadi pusat kekuasaan dan perdagangan telah bertahan selama berabad-abad. Berikut adalah gambaran mengenai beberapa kota kuno yang pernah menjadi bagian dari peradaban Suriah:
Aleppo: Kota yang Penuh Sejarah
Aleppo dikenal dengan nama Khalpe atau Boroea dalam sejarah kuno. Nama aslinya berasal dari bahasa Arab, yaitu Halab. Peradaban besar Aleppo dimulai sejak Kerajaan Yamhad sekitar abad ke-18 hingga ke-16 SM. Selama ratusan tahun, kota ini pernah dikuasai oleh berbagai bangsa seperti Het, Mesir, Mittania, Asyur, dan Achaemenia.
Pada abad ke-7 M, Aleppo jatuh ke tangan bangsa Arab dan mulai diperintah oleh pemerintahan Muslim. Di era Dinasti Hamdanid (abad ke-10), Aleppo mencapai puncak kejayaannya. Pada abad ke-12, kota ini menjadi pusat perlawanan terhadap Tentara Salib. Salah satu tokoh penting saat itu adalah Imad al-Din Zangi yang berhasil memukul mundur tentara Salib pada tahun 1129.
Selama masa pemerintahan Ottoman, Aleppo menjadi pusat perdagangan internasional. Banyak kantor dagang dari negara-negara Eropa seperti Venesia, Inggris, Belanda, dan Prancis berdiri di sini.
Damaskus: Ibu Kota yang Tua dan Bersejarah
Damaskus sudah ada sejak pra sejarah dan menjadi pusat perdagangan sejak abad kedua SM. Kota ini pernah dikendalikan oleh banyak bangsa kuno seperti Mesir, Het, Aram, Asyur, Romawi, Kurdi, Arab, dan Turki.
Pada abad ke-11 SM, Damaskus dikuasai oleh Kerajaan Aram. Setelah ditaklukkan oleh Romawi, kota ini menjadi kota komersial utama di jalur perdagangan Sutra. Di bawah Kekhalifahan Ummayah (661–750 M), Damaskus menjadi ibu kota dan dibangun Masjid Agung yang menjadi ikon dalam sejarah Islam.
Pada abad ke-11, Damaskus sempat dikuasai oleh Tentara Salib, tetapi kemudian direbut kembali oleh Dinasti Ayyubiyah yang dipimpin oleh Saladin. Selama periode Ottoman, kota ini menjadi pusat kekuasaan hingga akhir Perang Dunia I.
Palmyra: Pusat Perdagangan Abad Pertengahan
Palmyra pertama kali disebut dalam catatan sejarah pada masa Sargon Agung pada tahun 2279 SM. Kota ini menjadi pusat perdagangan antara Roma dan Cina serta Parthia dan India. Awalnya, Palmyra dikuasai oleh Zenobia, tetapi kemudian jatuh ke tangan Romawi Byzantium selama tiga abad.
Pada abad ke-6 M, Palmyra mulai dikuasai oleh pemerintahan Muslim, dimulai dari Kekhalifahan Rasidun pada tahun 634 M. Kota ini menjadi salah satu rute perdagangan yang menghubungkan peradaban Barat dan Timur. Palmyra juga dikenal sebagai kota oasis yang memberikan tempat istirahat bagi para pedagang dan karavan.
Di masa Helenistik, Palmyra mencapai puncak kejayaannya di bawah Kekaisaran Seleukia. Nama "Palmyra" sendiri berasal dari kata "palm", yang merujuk pada banyaknya pohon palem di kota ini.
Bosra: Kota Penting dalam Sejarah
Bosra pertama kali muncul dalam catatan orang Mesir kuno pada abad ke-13 SM. Kota ini awalnya menjadi pusat dari Kerajaan Nabatea. Bosra menjadi pusat perdagangan karena letaknya yang strategis antara Damaskus dan Amman.
Pada masa Romawi, Bosra direbut oleh Kaisar Trajan dan diubah namanya menjadi Nova Trajana Bostra. Romawi memperbaiki infrastruktur kota dengan menambahkan jalan, pemandian, istana gubernur, dan Teater Romawi yang masih tersisa hingga kini.
Setelah periode Romawi, Bosra dikuasai oleh pemerintahan Muslim, termasuk Umayyah, Abbasiyyah, Ayyubiyah, dan Mamluk. Saat ini, Bosra terletak sekitar 140 km di selatan Damaskus.
Situs Warisan Dunia yang Terancam
Beberapa kota kuno Suriah, seperti Aleppo, Bosra, dan Palmyra, telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Aleppo masuk daftar pada tahun 1986, Bosra pada 1980, dan Damaskus lebih dahulu pada tahun 1979. Sayangnya, konflik yang berlangsung sejak 2011 menyebabkan banyak situs bersejarah di kota-kota tersebut rusak atau hancur.
Komentar
Posting Komentar